Rabu, 02 April 2014

Uapaya Pencarian Penderita Malaria Secara Aktif

Kegiatan Mass Blood Survey Malaria adalah upaya penemuan kasus secara akti yang dilaksanakan pada tanggal 26 s/d 28 Maret 2014 di desa Alue Kemuneng dan Karak Kecamatan Woyla Barat, upaya penemuan penderita secara aktif ini merupakan tindak lanjut dari analisa kasus malaria di kabupaten Aceh Barat selama 3 (tiga) tahun terakhir yang memperoleh gambaran bahwa di temuakan sebanyak 5 s/d 8 kasus malaria setiap tahunnya di daerah ini.
Kegiatan ini juga dipadukan dengan kegiatan pengendalian vektor melalui pendistribusian kelambu berinsektisida guna untuk memutuskan matarantai penularan malaria yang terjadi melalui perantara nyamuk Anopheles, selain itu penyuluhan juga dilakukan agar masyarakat senantiasa menjaga kondisi lingkungan terutama tempat-tempat potensial perkembangbiakan nyamuk anapheles yaitu pada genangan-genangan air yang bersentuhan langsung dengan tanah, seperti parit, rawa-rawa, dan kubangan kerbau.

Mencegah Penularan Malaria dengan Kelambu Berinsektisida

Untuk mencegah penularan penyakit malaria  Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat pada tanggal 18 Maret 2013 menyalurkan kelambu berinsektisida sebanyak 1.000 lembar yang di distribusikan di 7 desa endemis dalam kecamatan Woyla. penenyuan wilayah pendistribusian didasarkan pada jumlah kasus malaria tahun 2013 dan 2014, dari 175 kasus malaria di kabupaten Aceh Barat tahun lalu 43 kasus diantaranya di temukan di kecamatan Woyla dengan klasifikasi asal penularan 10 kasus merupakan kasus setempat 28 kasus import dan 5 kasus relaps.
Banyaknya kasus import yang ditemukan berasal dari masyarakat yang bekerja sebagai buruh tambang di Gunong Ujeun Aceh Jaya, efek dari kasus import ini sempat memicu kasus setempat hal ini terjadi karena lambatnya penemuan penderita, oleh sebab di saat pasien baru menunjukkan gejala klinis tidak langsung ke puskesmas atau fasilitas kesehatan terdekat, adapun kasus relaps di picu oleh tidak lengkapnya follow up kasus, dikarenakan penderita setelah sembuh gejala klinis langsung bekerja kembali di luar daerah sehingga menghambat pengawasan oleh petugas selain itu ketiadaan tenaga analis kesehatan juga berdampak terhadap penentuan kandungan parasit dalam darah penderita.