Rabu, 26 Februari 2014

Laboratorium Puskesmas Kuala Bhee Belum Berfungsi

Sesuai Pedoman Eliminasi Malaria yang tertuang dalam Peraturan Gubernur Aceh Nomor:  40 Tahun 2010, bahwa setiap kasus malaria harus diperiksa sediaan darahnya dengan menggunakan mikroskop oleh tenaga mikroskopis yang terlatih dan adanya jaminan mutu hal ini berkaitan dengan kepadatan parasit yang semakin rendah sehingga dikhawatirkan jika tingkat keahlian mikroskopis tidak memenuhi standar akan terjadi banyak kesalahan dalam penentuan diagnosa.
Namun untuk mencapai keinginan tersebut di Aceh Barat sepertinya masih membutuhkan banyak waktu dan usaha, mengingat sampai hari Selasa 25 Februari 2014, di puskesmas kuala bhee belum adanya tenaga analis kesehatan yang dapat menjalankan fungsi laboratorium untuk untuk pemeriksaan parasit malaria sehingga Dinas Kesehatan Aceh Barat mengambil inisiatif pemeriksaan parasit malaria di lakukan di di Puskesmas Woyla Timur dengan bantuan tenaga Analis Kesehatan Puskesmas tersebut.
Dengan beban tambahan tersebut, secara iklas ibu Dedes Muliana,Amd.Ak tidak merasa keberatan asalkan jumlah sedian darah yang di periksa tidak melebihi kapasitas yang beliau meliki, namun untuk jangka panjang Kepala Puskesmas Kuala Bhee Yeswardi,SKM sangat berharap  adanya tega analis kesehatan di puskesmas tersebut hal ini mengingat kecamatan woyla merupakan wilayah penyumbang kasus terbanyak untuk kabupaten Aceh Barat pada tahun 2013.

Penyelidikan Epidemiologi Kasus Malaria di Kecamatan Woyla

Selasa, 25 Februari 2014, Petugas Malari Puskesmas Kuala Bhee (Faisal Fuadi,S.Kep) didampingi Wasor Malaria Kabupaten Aceh Barat Melakukan Penyelidikan Epidemiologi terhadap penderita malaria Usman 18 tahun penduduk dusun Pucak Beutong desa Blang Mee kecamatan Woyla, pasien tersebut terinfeksi parasit malaria vivax tiga hari sebelumnya setelah mendapatkan obat ACT selama tiga hari nampak kondisi penderita semakin membaik dan hilangnya gejala klinis.
Untuk memastikan tempat penularan penyelidikan epidiemiologi dilakukan dengan wawancara dan observasi lingkungan tempat tinggal dan perilaku penderita seminggu sebelum sakit. dari hasil pengamatan tampak kondisi rumah penderita sangat memungkinkan vektor malaria masuk kedalam rumah, kondisi lingkungan tempat tinggal penderita yang banyak semak-semak juga mendukung untuk tempat berlindungnya vektor akan tetapi tidak ada genangan air dan tempat perindukan lain menggerakkan petugas untuk meneliti lebih jauh dengan melakukan pemeriksaan kontak terhadap keluarga penderita 10 sediaan darah dikumpulkan setelah di periksa tidak ditemukan penderita lainnya, selain itu kajian tentang jenis vektor yang pernah dilakukan tahun lalu di desa tersebut terdapat vektor malaria An.Tesellatus yang versifat anovelik. 
dari kebiasaan penderita diketahui penderita sering keluar rumah dimalam hari untuk kegiatan pencari ikan di sungai woyla dengan menjala, sehingga disimpulkan tempat penularan dipastikan di sekitar aliran sungai woyla, sehingga kasus ini digolongkan adalah kasus setempat. untuk memastikan kesembuhan penderita, petugas harus melakukan follow up selama 3 kali sehingga kandungan parasit dalam darahnya dapat dipastikan negatif.

Jumat, 14 Februari 2014

Lemahnya Diagnosa dan Pengobatan Malaria di Rumah Sakit

Pemantauan Efektifitas Diagnosa dan Pengobatan Malaria di Rumah Sakit oleh Kasi Penanggulangan Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat menyimpulkan bahwa masih banyak hal yang harus di benahi antara lain dalam hal diagnosa malaria pemeriksaan mikroskopis yang menjadi acuan adalah tenaga mikroskopis yang sudah teruji kuwalitasnya, harus ada Quality Assurance dimana tingkat akurasi, sensifitas, spesifisitas dan Error Ratenya harus sesui Pedoman Eliminasi Malaria.
Begitu juga dengan Pengobatan, saat ini yang direkomendasikan adalah ACT + Primaquin, akan tetapi dilapangan masih ditemukan para dokter yang hanya memberikan ACT saja tanpa di tambah dengan primaquin, masalahnya adalah ketika ada pasien dengan malaria Vivax, dimana gametositnya sulit sekali mati, karena bersembunyi didalam hati dan aliran darah.
untuk informasi-informasi terbaru perlu di distribusikan kepada analis, perawat dan dokter-dokter yang ada di rumah sakit hal ini untuk menghindari kesalahan pengobatan yang berdampak pada munculnya kasus relaps.

Perusahaan Pertambangan Ikut Menyumbang Kasus Malaria di Aceh Barat

Muliadi 25 tahun, Karyawan PT.Bangun Artha Hutama Jum'at 6 Desember 2013 dirawat di RS Montella dengan Diagnosa Malaria Vivax, hasil penyelidikan Epidemiologi yang dilakukan oleh kasi Penanggulangan Penyakit Rasmuddin.H,AMK menyimpulkan bahwa kasus tersebut adalah kasus Import, dimana dalam inspeksi di ketahui bahwa yang bersangkutan baru tiga hari berada di meulaboh, kalau melihat dari masa inkubasi penyakit malaria maka kasus ini merupakan kasus import terlebih pasien tersebut sebelumnya sudah pernah bekerja dalam pembangunan PLTU Pekan Baru dengan demikian ada kemungkinan kasus ini adalah relaps karena menurut riwat penderita sebelumnya sudah pernah mengalami demam yang sama saat masih di Pekan Baru, namun pengobatan yang dilakukan tidak menggunakan ACT yang merupakan obat standart malaria saat ini. Lemahnya Medical Chek Up menyangkut malaria pada saat perekrutan karyawan oleh perusahaan pertambangan merupakan satu persoalan yang berpotensi meningkatkan penularan setempat, sehingga masyarakat di sekitar perumahan karyawan perusahan pertambangan di khawatirkan mendapat imbas dari kejadian tersebut, untuk itu kita harus bekerja ekstra untuk mengatasi kemungkinan-kemungkinan tersebut.

Perusahaan Perkebunan Salah Satu Penyumbang Kasus Malaria di Aceh Barat


Rangkaian Kegiatan Penyelidikan Epidemiologi Penyakit Malaria dilakukan oleh Kasi Penanggulangan Penyakit Dinas Kesehatan Aceh Barat, Rasmuddin.H,AMK pada tanggal 6 Desember 2013, TM salah seorang masyarakat desa Tepin Panah dirawat di ruang internis dengan diagnosa malaria Vivax, hasil penyelidikan kasus diketahui pasien tersebut merupakan salah satu karyawan lepas pada PT.Baitami, seminggu sebelumnya menginap di baskamp perusahan tersebut.
dari hasil pemantauan ke lokasi perusahaan di dapati kondisi lingkungan merupakan tempat potensial perkembangbiakan vektor malaria. dalam rangka intensifikasi penanggulangan malaria di kabupaten Aceh Barat perlu kerjasama lintas sektor termasuk swasta, untuk itu ke depan kita perlu membangun komunikasi yang efektif dengan perusahaan-perusahaan perkebunan yang ada di Aceh Barat sehingga kasus malaria dapat kita eliminir.

Mass Blood Survey Malaria di Kecamatan Arongan Lambalek

Mass Blood Survey (Survey Darah Massal) Program Malaria tanggal 21 s/d 24 Oktober di Kecamatan Arongan Lambalek (desa Peribu,Kubu,Karang Hampa dan Panton Makmu).
metode door to door ternyata menjadi pilihan dalam melakukan kegiatan MBS program malaria hal ini disebabkan sulitnya mengumpulkan masyarakat di satu titik tertentu oleh karena tingginya aktifitas masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehingga tak jarang kondisi kesehatannya terabaikan, dengan ketulusan yang tinggi petugas puskesmas Drien Rampak (ibu Ernawati dan Rosmawati) mendatangi tempat-tempat berkumpulnya masyarakat, di warung-warung dan juga kesekolah-sekolah secara aktif menjaring penderita malaria sehingga lima ratusan sediaan darah dapat beliau kompulkan dan satu diantaranya menderita malaria positif tanpa menunjukkan gejala. penderitapun beliau obati sampai tuntas dengan 4 kali follow up, dengan ketulusan ibu-ibu kita berharap menjadi motivasi buat semua petugas sehingga eliminasi dapat tercapai pada tahun 2015.

Mass Blood Survey Malaria di Kecamatan Woyla

Mass Blood Survey (Survey Darah Massal) Program Malaria tanggal 25 s/d 29 Juni 2013 di Kecamatan Woyla (Desa Alue Sikaya, Aron Tunong, Pasi Lunak, Pasi Aceh dan Ranto Panyang).
Sulitnya mengumpulkan masyarakat pada satu titik tidak mengendurkan semangat petugas malaria puskesmas Kuala Bhee (Faisal Fuadi,S.Kep) dalam melacak penderita secara aktif, demi menjalankan tugasnya beliau rela mendatangi masyarakat door to door, dan hal ini menjadi sebuah kreatifitas yang dapat menginspirasi petugas-petugas malaria lainnya di kabupaten Aceh Barat.
Hasil dari kegiatan inipun cukup memuaskan 527 sedian darah dapat di kumpulkan dengan selama 5 hari kerja dan 2 orang penderitapun dapat ditemukan dan diobati secara tuntas.

OJT QA Mikroskopis Malaria Aceh Barat

On The Job Training dalam rangka Peningkatan Quality Assurance Microskopis Malaria Kabupaten Aceh Barat Tanggal 22 Juli 2013 dengan lokasi 2 (dua) Puskesmas yatu Puskesmas Kuta Padang Layung dan Puskesmas Meureubo, dalam pelaksanaan kegiatan ini di fasilitasi oleh dua orang tenaga mikroskopis profesional dengan tingkatan Mahir yang berasal dari Labkesda Aceh, dalam kegiatan ini 5 orang petugas mikroskopis kabupaten Aceh Barat di Uji Kompetensinya dalam hal Pembuatan Slide Malaria dan Identifikasi Parasit (Akurasi,Spesifikasi, Sensifisitas dan Error Rate).
Kelima orang petugas laboratorium yang di uji adalah : ibu Mardhiana, Hafnidar Nur, Misdar Rawanita,SSi.Analis (Puskesmas Meureubo), Mawarni,Amd.Ak dan Sufni Widyawati,Amd.AK (Puskesmas Kuta Padang Layung). 
Hasil Uji Kompetensi Satu Orang Mendapat Predikat Mikroskopis Malaria dengan Kemampuan Menengah selebihnya Masih di Tingkat Dasar.
Setelah uji kompetensi dilakukan Petugas Mikroskopis Labkesda Aceh Langsung Membimbing ke lima orang mikroskopis malaria Aceh Barat dan menyarakan untuk terus melatih diri dengan memperbanyak melihat slide2 standart.
Rekomendasi yang disampaikan kepada Dinas Kesehatan Aceh Barat agar segera mengadakan pelatihan Lanjutan untuk semua Petugas Mikroskopis Malaria Kabupaten aceh Barat sehingga Jaminan Mutu dalam diagnosa malaria lebih berkuwalitas.

Kamis, 13 Februari 2014

Survey Entomologi Malaria di Kecamatan Woyla

Survey Entomologi Malaria dilakukan di Desa Tingkeum Panyang Kecamatan Woyla Induk pada tanggal 2 Juni 2013 yang bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis vektor malaria yang ada di Kabupaten Aceh Barat.
Hasil Kegiatan : ditemukannya 2 Jenis Anopheles penyebab malaria di desa Tingkeum Panyang yaitu: An.Tesellatus dan An. Kochi, kedua jenis anopheles ini bersifat Zoofilik yang lebih menyukai darah hewan dengan kebiasaan mengisap darah di luar rumah, dan habitat kedua vektor ini adalah di kubangan, air payau, sawah dan rawa-rawa. dengan demikian lingkungan merupakan salah satu faktor resiko malaria di Desa Tingkeum Panyang Kecamatan Woyla Induk.
Pendanaan Kegiatan ini bersumber dari APBA.

Pelatiahan Mikroplanning Malaria Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013

Pelatihan Mikroplanning Program Malaria untuk Petugas Puskesmas Malaria dan Kepala Puskesmas dalam Kabupaten Aceh Barat, Kegiatan dilaksanakan dari tanggal 6 s/d 7 November 2013 di Aula Kantor Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P3A) Kabupaten Aceh Barat. Jumlah Peserta 26 orang Petugas Malaria dan Kepala Puskesmas dalam Kabupaten Aceh Barat.
Output pelatihan ini adalah : 1)Terpetakannya fokus-fokus gampong dalam rangka percepatan pencapaian Eliminasi Malaria. 2)Teridentifikasinya kegiatan program eliminasi malaria pada tingkat puskesmas di kabupaten Aceh Barat dengan penggerakan dana alokasi setempat.
Outcame : Terprogramnya upaya yang terintegrasi dalam penanggulangan Malaria pada tingkat puskesmas (Fokus gampong) dan tidak terjadinya penularan kasus setempat.
Impact :  Aceh Barat mencapai eliminasi malaria 2015 secara bertahap dengan berkurangnya jumlah Gampong Endemis Malaria Tahun 2014.
kegiatan ini terselenggara berkat bantuan UNICEF.